oke deh

Gayus Akui Terima $3,5 Juta dari Alif Kuncoro Pengacara KPC, Aji Wijaya, "Itu kan hanya pengakuan Gayus. Dalam hukum berlaku prinsip siapa yang mendalilkan, dia yang harus membuktikan." BERITA TERKAIT Gayus Tambunan Berharap Bebas Gayus Tambunan Menyesal 'Salah Jalan'

Rabu, 15 Desember 2010

Realitas

Mengayuh Becak Hidupi 7 Anak

RADAR BENGKULU – Kepahitan hidup, mungkin itu yang dirasakan Hosis. Meski usianya memasuki 65 tahun, tidak mematahkan semangatnya untuk tetap bertahan hidup demi keluarganya. Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Hosis setiap harus mengayuh becak berkeliling untuk mencari sesuap nasi. Karena tanggungan hidup Hosis cukup berat, yaitu mempunyai 7 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah.
“Kalau bukan saya yang kerja, siapa lagi yang akan memenuhi kebutuhan keluarga saya? Mana anak-anak saya masih sekolah semua. Yang paling besar sudah duduk di SMA dan yang paling kecil masih duduk di bangku SD,” kata Hosis kepada Radar Bengkulu, Selasa (14/12).
Hosis merupakan tulang punggung keluarganya, karena sang istri Rusmina hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. “Repot di rumah karena masih mengurusi anak-anak saya, kalau istri saya kerja juga siapa nanti yang akan mencuci dan memasak,” tambah Hosis.
Berprofesi sebagai tukang becak, Hosis biasa manggal di simpang lima, Soeprapto. Sedangkan untu rute perjalanannya tidak menentu, sebab Hosis akan melayani sesuai permintaan penumpang. Walau bersusah payah mengayuh becak, ternyata pria yang mengalami gangguan pendengaran ini hanya bisa mengumpulkan uang paling banyak Rp 20 ribu.
“Kadang-kadang pendapatan saya tidak sampai Rp 20 per hari, apalagi sekarang ojek sudah banyak. Jadi orang lebih memilih kendaraan bermesin daripada kendaraan yang hanya memakai tenaga manusia,” jelas Hosis.
Walau hidup serba kekurangan, ternyata Hosis masih memiliki sifat dermawan. Pasalnya Hosis tidak pernah memtok ongkos becak. Karena menurutnya orang yang menyewa becak merupakan orang kecil yang belum tentu juga punya uang. “Misalkan orang minta diantar ke Penurunan hanya bayar Rp 3 ribu, tetap saya antar. Kalau penumpang ada yang mau kasih Rp 5 ribu, saya bersyukur,” ujar Hosis.
Sebenarnya Hosis sudah merasa berat melakukan pekerjaan yang hanya mengandalkan tenaga itu, namun karena tangan sebelah kirinya sudah cacat tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan lain. “Tangan saya ini cacat karena penyakit, tapi karena tidak ada duit untuk berobat lama kelamaan dua jari saya habis,” kata Hosis sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang sudah puntung.
Namun Hosis tetap bersyukur dengan kehidupan yang pahit yang dialaminya sekarang, tapi pria yang tinggal di Padang Harapan ini sedih mengingat anak-anaknya tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. “Saya ingin sekali bisa melihat anak-anak bisa sampai kuliah, mungkin itu hanya harapan saya saja. Karena dengan pendapatan seperti ini lulus SMA saja saya sudah bersyukur,” tambah hosis.
Diceritakan Hosis sebenarnya dengan pendapatannya yang kecil itu, untuk makan sehari-sehari keluarganya masih kurang. Hosis masih beruntung karena masih ada saudaranya yang masih mau membantu. “Kalau kami kehabisan duit biasanya saya minta bantu sama abang saya,” papar Hosis. (cw14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar