Berbahaya, Perilaku Seksual Menyimpang

RADAR BENGKULU – Direktur Akademi Keperawatan Bengkulu Tarmizi Daud, S.Kp, M.Kes, mengatakan, melakukan hubungan seksual menyimpang yang banyak dilakukan para remaja sekarang ini sangat berbahaya. Ini semua terjadi karena remaja tersebut belum paham apa yang sebenarnya yang dimaksud tentang perilaku seks. Tingkah laku yang didorong oleh seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Sedangkan untuk objek seksual tersebut bisa berupa orang, orang yang didalam khayalan maupun diri sendiri.
“Sebenarnya tingkah laku tersebut memiliki dampak, terutama dampak bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial,” katanya.
Dari aktivitas seksual yang menyimpang akan menyebabkan berfantasi. Yaitu, perilaku yang membayangkan atau mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. “Kalau seseorang sedang mengkhayalkan berhubungan badan sedangkan pasangannya tidak ada, maka tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut untuk melakukan masturbasi atau onani. Yaitu mencari kepuasan dengan menggunakan alat bantu lain, seperti tangan.”
Dari sifat masturbasi atau onani yang berkepanjangan maka kegiatan reproduksi menjadi teralih kepada kegiatan memanjakan diri. Seperti tidak tertarik lagi dengan lawan jenisnya. “Mungkin dalam pikiran orang tersebut, dirinya sendiri bisa membuatnya puas. Sehingga orang tersebut tidak membutuhkan lawan jenisnya lagi,” paparnya.
Masturbasi juga, lanjutnya, bisa menimbulkan penyakit lain. Dengan menggunakan alat-alat yang membahayakan seperti benda tajam dan benda yang tidak steril. Tidak hanya itu, energi fisik terkuras. Biasanya orang tersebut akan menjadi mudah lelah dan sulit berkonsentrasi, bisa merobek selaput dara, akan mengalami ejakulasi dini pada saat berhubungan intim.
Berciuman juga termasuk perilaku seks yang menyimpang. Sebab, dengan memulai berciuman tidak akan menutup kemungkinan untuk melakukan hubungan seksualitas yang lebih lagi. Dan pasangan tersebut ketagihan dan akan ada perasaan ingin mengulang perbuatan itu terus-menerus.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada kalangan remaja, Tarmizi memberikan pesan yang perlu untuk diketahui oleh remaja. Yaitu, aktivitas seksualitas akan menimbulkan ketagihan. Apabila para remaja tersebut sempat menempelkan alat kelaminnya maka hubungan seksualitas akan benar-benar terjadi. Si perempuan akan mengalami kehamilan. Karena, cairan pertama yang keluar pada saat laki-laki terangsang mengandung sperma. Maka akan ada sanksi moral agama hingga menimbulkan perasaan cemas dan bersalah. “Tidak hanya itu, perempuan tersebut terpaksa menikah karena telah hamil, karena faktor orang tua yang tidak setuju atau karena laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab tidak akan menutup kemungkinan untuk melakukan aborsi yang berujung kepada kematian.” Untuk itu, paparnya, kita harus melakukan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Pengertian seksualitas yang sehat yakni hubungan seksual tersebut dapat dinikmati karena pasangan tersebut sudah tahu aspek positif dan negatifnya. “Ketika melakukannya mereka benar-benar mempertimbangkannya secara matang, sehingga apapun yang terjadi setelah melakukan hubungan badan mereka bisa mempertanggungjawabkannya.”
Selain itu, seksualitas yang sehat adalah, bebas dari kemungkinan terkena penyakit. Bukan hanya penyakit seksual saja, tetapi segala penyakit yang dapat mengenal organ reproduksinya. Selanjutnya, hubungan seksualitas itu bebas dari ketakutan. Rasa ketakutan tersebut tidak akan terjadi jika mereka mengetahui proses reproduksi secara benar dan dapat membedakan mana yang berdasarkan fakta ilmu pengetahuan.
“Kalau pasangan tersebut paham tentang berhubungan yang sehat, maka mereka akan mengikuti sesuai dengan norma agama dan sosial. Seperti tidak boleh berhubungan dari dubur atau siperempuan sedang haid atau mens,” tambah Tarmizi. (cw14)